Makalah ini bertujuan untuk mengaji identitas dan pandangan dunia kelompok etnik Bugis di Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada zaman tradisional lalu orang Bugis telah menciptakan sistem penulisan yang disebut Lontaraq, yang dipengaruhi naskah beraksara klasik India. Berbeda dengan kelompok etnik lainnya di kepulauan itu, orang Bugis telah mengembangkan bahasa lisan dan tulisannya dengan memanfaatkan Lontaraq. Salah satu sumber tertulis yang dikembangkan orang Bugis adalah La Galigo, karya sastra mitos terpanjang di dunia. Mitos ini mengisahkan asal-muasal dan pandangan dunia orang Bugis. Menurut La Galigo, orang Bugis menyadari keberadaan tiga unsur kosmos, yakni alam dunia, dewa, dan manusia. Di antaranya, dewa dan manusia sebagai komponen paling penting dalam alam dunia. Selanjutnya, beberapa tokoh dan laku budaya penting, misalnya Bissu (mediator antara dewa dan manusia), Siri`` (pembalasan dendam atau hukuman atas pelanggar adat untuk menegakkan kehormatan diri), dan Saung manu`` (adu ayam sebagai simbol keperkasaan) dalam La Galigo menunjukkan bahwa orang Bugis memandang kehidupan dari komposisi segitiga (triangular) ini. Orang Bugis kelak mengalami perubahan sosio-kultural yang pesat melalui persentuhannya dengan peradaban Islam dan Barat. Meskipun demikian, La galigo tetap bertahan sebagai warisan budaya paling agung orang Bugis, yang merepresentasikan identitas dan pandangan dunia orang Bugis hingga dewasa ini.